Morfologi dan arsitektur suatu kota dengan kota lain pastinya berbeda dan morfologi kota tersebut pasti mengalami suatu perkembangan dari tahun ke tahun. Seperti misalnya adalah Kota Curitiba, dimana pada dasawarsa 1970-an merupakan salah satu kota terkumuh dan termacet di Brasil. Namun kini kota tersebut menjadi kawasan paling baik di Negeri Samba. Bahkan tahun 1996 kota tersebut dianugerahi predikat The most innovative city in the world.
Curitiba merupakan ibukota negara bagian selatan Brasil ParanĂ¡. Kota ini juga dikenal sebagai Ibukota Ekologi Brasil yang dihiasi dengan kotak besar dan zona green besar. Pada tahun 1970-an Curitiba merupakan kota yang sering mengalami banjir dan macet, namun seorang arsitek dari Universitas Federal Parana, Jaime Lerner mencetuskan Curitiba master plan dan mengubah kota tersebut secara fundamental. Perombakan fundamental yang dilakukan pertama kali adalah mengubah desain tata kota dari semula terpusat menjadi linear kemudian disusul perombakan jantung kota gedung-gedung komersial, pemerintahan, pendidikan atau bisnis diletakkan dalam satu situs, sementara tempat tinggal penduduk dibuat mengitari.
Perubahan fundamental yang dilakukan mendorong adanya perubahan radikal pada system transportasi. Pemerintah kemudian membangun jalan penghubung dan jalur khusus sepeda sepanjang 150 kilometer. Curitiba memiliki 5 tipe angkutan bus dengan daya angkut hingga 270 penumpang, satu diantaranya yang menjadi alat transportasi utama yang digunakan di kota ini adalah busway.
Sebanyak 1100 bus bus dapat mengangkut sebanyak kurang lebih 1,3 juta penumpang per harinya. Hal ini telah berhasil mengurangi ketergantungan warga kota untuk menggunakan mobil pribadi sehingga konsumsi BBM pun semakin menurun dan polusi udara semakin berkurang.
Untuk mendukung dalam hal transportasi tersebut pemerintah juga membangun 12 terminal yang tersebar di seluruh penjuru mata angin. Dalam urusan transportasi, Curitiba menerapkan trinary road system yaitu model jalan yang menggunakan dua jalur jalan besar yang berlawanan arah. Pemerintah juga menempatkan 200 radar lalu lintas dengan teknologi berbasis sensor yang dipasang di trotoar serta dilengkapi dengan kamera digital. Hal ini digunakan untuk mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan.
Curitiba juga memiliki beberapa Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk menangkal datangnya banjir. Jumlah RTH ini meningkat dari tahun ke tahun dan sudah melebihi 30% dari luas kota. Bekas tempat pembuangan akhir (TPA) berubah menjadi taman yang lebat dan asri, danau-danau artificial dibangun di tengah kota. Namun keberadaan bangunan komersial dan RTH di kota ini cukup seimbang.
Kondisi penataan kota di Curitiba yang pada awalnya sangat buruk mendorong kota ini untuk dapat berkembang dan melakukan penataan ulang kotanya kembali. Dengan adanya perombakan ulang ini juga mendorong masyarakatnya untuk hidup lebih baik dan bahkan kini Curitiba menjadi contoh bagi penataan wilayah dan kota lain di dunia mulai dari perencanaan tata kota, sistem transportasi, manajemen limbah kota dan integrasi antar lintas sektoral. Sebagai salah satu kota dengan masalah yang complicated seharusnya Jakarta yang merupakan ibukota Indonesia dapat bercermin dan belajar dari kesuksesan penataan kota di Curitiba terutama masalah kemacetan yang semakin hari semakin parah. Namun masalah yang sama bukan hanya menimpa Jakarta tetapi juga kota-kota lain di Indonesia sehingga sebagai negara yang sedang berkembang saat ini akan lebih baik jika mau belajar membenahi tatanan kotanya agar lebih baik.
klik disini untuk membaca artikel selengkapnya